Penemuan ini menjadi bukti langsung pertama dari fitur rekayasa yang dirancang oleh manusia untuk meningkatkan produktivitas dan ketersediaan sumber daya.
Ratusan kentang yang telah menghitam berhasil ditarik keluar dari tanah di kebun prasejarah di British Columbia, Kanada. Kentang-kentang ini, terlambat lebih dari 3.000 tahun untuk dipanen.
Kebun wapato ini sebenarnya ditemukan secara tak sengaja. Ketika itu, tim arkeolog yang dipimpin oleh Tanja Hoffmann dari Katzie Development Limited Partnership dan Simon Fraser University di British Columbia menemukan kebun tersebut saat melakukan perbaikan jalan di wilayah Katzie First Nation di timur Vancouver, dekat Sungai Fraser.
Sekitar 3.800 tahun silam, kebun tersebut berada di bawah air, di lahan basah yang kaya secara ekologis. Situs ini telah terendam air selama berabad-abad, sehingga tumbuhan dan bahan organik lain seperti peralatan kayu yang seharusnya perlahan hancur, bisa terawetkan dengan sangat baik.
Kebun ini juga menunjukkan tanda-tanda teknik rekayasa canggih yang digunakan untuk mengontrol aliran air agar umbi-umbi kentang indian atau yang kerap disebut wapato itu, tumbuh lebih efisien.
Pada permukaan kebun, arkeolog menemukan susunan batu yang menutupi tanah. Dilihat dari ukuran batu yang hampir seragam, arkeolog menduga susunan bebatuan ini merupakan buatan manusia. Wapato bisa tumbuh hingga jauh ke dalam tanah, namun dengan adanya susunan bebatuan buatan ini, pertumbuhan tanaman dapat dikontrol. Dengan begitu, para petani dapat menemukan umbi wapato dan memanennya dengan mudah.
Dalam laporannya, peneliti mengungkapkan bahwa sejak dulu, manusia memang telah menggunakan berbagai cara yang disengaja untuk memodifikasi lingkungan biologis agar mendapatkan stabilitas sumber daya.
Bukti empiris juga menunjukkan bahwa masyarakat pemburu-pengumpul kuno merekayasa ruang ekologi untuk meningkatkan produktivitas dan ketersediaan sumber daya yang signifikan.
“Penemuan ini menjadi bukti langsung pertama dari fitur rekayasa yang dirancang oleh manusia pemburu-pengumpul yang hidup di masa antara pertengahan hingga akhir era Holosen untuk memfasilitasi produksi pangan tanaman liar,” tulis peneliti.
Secara keseluruhan, para peneliti berhasil mengumpulkan 3.767 wapato (Sagittaria latifolia). Di masa kini, tanaman liar itu bisa ditemukan di lahan basah di sepanjang Kanada Selatan dan di Amerika Serikat.
(Lutfi Fauziah. Sumber: Live Science, Science Advance)
0 comments:
Post a Comment