Bencana
longsor disetiap musim hujan akhir tahun maupun tengah tahun karena
pergeseran musim selalu saja mengagetkan dan selalu menunjuk hidung kita
sendiri. Ya benar, kita pernah tahu dan kita juga sudah belajar dan
kita juga sudah mengantisipasi. Tapi mengapa masih juga menelan korban ?
Mungkin saja masih ada yg terlupa pada program mitigasi kebencanaan
kita selama ini. Mungkin kita perlu melihat dari kacamata berbeda
Hujan merupakan pemicu utama bencana longsor, oleh sebab itu maka
ketika hujan deras terjadi, perhatikan daerah berlereng tajam, derah
kurang vegetasi dan daerah yg banyak dijumpai rekahan/retak.
Gejala-gejala dan pemicu longsor ini semestinya dapat lebih mudah
dikenali. Namun tidak mungkin semua mengerti gejala dan pemicu ini,
sehingga harus dengan koordinasi. Kalau toh koordinasi juga masih sulit
salah satu yg paling memungkinkan adalah “berbagi”. Ya, saling berbagi informasi.
Anak-anak desa yang suka berpetualang menjadi “surveyor”.
Mengenali rekahan bukanlah hal yg sulit, anak-anak yg suka berjalan
berkelana kesana kemari dapat diajari untuk mengenali gejala ini.
Retakan sebagai gejala awal longsoran biasanya lurus panjang dan
terbuka. Kalau anak-anak diajari ttg hal ini, mungkin akan menjadi “agen
agen mitigasi” yg handal.
Dan bila mereka melihat gejala itu diminta membertahukan ke guru atau
kakaknya bila melihat gejala ini saat ada di jalan pulang sekolah atau
saat bermain.
Tips Menghadapi Longsor dan Ciri Daerah Rawan Longsor
Ciri Daerah Rawan Longsor
1. Daerah berbukit dengan kelerengan lebih dari 20 derajat
2. Lapisan tanah tebal di atas lereng
3. Sistem tata air dan tata guna lahan yang kurang baik
4. Lereng terbuka atau gundul
5. Terdapat retakan tapal kuda pada bagian atas tebing
6. Banyaknya mata air/rembesan air pada tebing disertai longsoran-longsoran kecil
7. Adanya aliran sungai di dasar lereng
8. Pembebanan yang berlebihan pada lereng seperti adanya bangunan rumah atau saranan lainnya.
9. Pemotongan tebing untuk pembangunan rumah atau jalan
1. Daerah berbukit dengan kelerengan lebih dari 20 derajat
2. Lapisan tanah tebal di atas lereng
3. Sistem tata air dan tata guna lahan yang kurang baik
4. Lereng terbuka atau gundul
5. Terdapat retakan tapal kuda pada bagian atas tebing
6. Banyaknya mata air/rembesan air pada tebing disertai longsoran-longsoran kecil
7. Adanya aliran sungai di dasar lereng
8. Pembebanan yang berlebihan pada lereng seperti adanya bangunan rumah atau saranan lainnya.
9. Pemotongan tebing untuk pembangunan rumah atau jalan
Upaya mengurangi tanah longsor
1. Menutup retakan pada atas tebing dengan material lempung.
2. Menanami lereng dengan tanaman serta memperbaiki tata air dan guna lahan.
3. Waspada terhadap mata air/rembesan air pada lereng.
4. Waspada padsa saat curah hujan yang tinggi pada waktu yang lama
1. Menutup retakan pada atas tebing dengan material lempung.
2. Menanami lereng dengan tanaman serta memperbaiki tata air dan guna lahan.
3. Waspada terhadap mata air/rembesan air pada lereng.
4. Waspada padsa saat curah hujan yang tinggi pada waktu yang lama
Yang dilakukan pada saat dan setelah longsor
1. Karena longsor terjadi pada saat yang mendadak, evakuasi penduduk segera setelah diketahui tanda-tanda tebing akan longsor.
2. Segera hubungi pihak terkait dan lakukan pemindahan korban dengan hati-hati.
3. Segera lakukan pemindahan penduduk ke tempat yang aman.
2. Segera hubungi pihak terkait dan lakukan pemindahan korban dengan hati-hati.
3. Segera lakukan pemindahan penduduk ke tempat yang aman.
Sumber: https://rovicky.wordpress.com/
0 comments:
Post a Comment