Tuesday, November 1, 2016

Published 8:51 PM by with 0 comment

Bali Pulau Dewata Sejuta Pura


Tanggal 24-30 Oktober 2015, keluarga besar SMP Muhammadiyah 31 mengadakan studi wisata(fieldtrip) ke pulau Bali. Inilah sekilas perjalanan yang cukup panjang menggunakan 3 bus Big Bird yang cukup melelahkan peserta. Tapi kelelahan rasanya terbayar dengan pemandangan di perjalanan. Berikut petikan perjalanannya.
Matahari pagi menyinarkan cahayanya yang cukup panas ketika kaki menginjak aspal pelabuhan Gilimanuk,provinsi Bali. Jam telah menunjukkan pukul delapan waktu Indonesia bagian tengah(wita). Kesibukan pelabuhan Gilimanuk tidak terlihat padat oleh wisatawan maupun oleh kendaraan yang datang dan pergi. Kapal feri yang kami tumpangi terlihat bersandar di dermaga yang dipenuhi oleh kapal feri lain. Laut terlihat tenang dengan riak-riak air di permukaannya.Di kejauhan tampak bukit dan gunung memanjang di depan mata. Ah, hati terasa agak lain, karena perjalanan akan di mulai oleh rombongan SMP Muhammadiyah 31 di bumi para Dewata dan ribuan pura yang unik ini.
Memasuki Kabupaten Negara mulailah terlihat pura-pura di depan rumah-rumah orang Bali. Mereka tentu pemeluk agama Hindu Bali yang berbeda dengan aslinya yang ada di negara India. Setiap rumah sepertinya wajib memiliki pura keluarga sebagai tempat pemujaan kepada Sang Hyang Widhi dan penghormatan terhadap roh-roh leluhur mereka yang dianggap suci.Pura juga dianggap sebagai lambang agama Hindu Bali yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Bali pemeluk agama Hindu Bali. Mereka sangat terikat dengan sesaji atau sajen yang di letakkan pada pojok tiang pura yang dirancang khusus untuk meletakkan bunga dan makanan kecil beserta dupa yang dibakar.
Sesampainya di Tanah Lot, terlihatlah bentangan laut yang membiru. Pasir yang bersih dan dua buah batu karang yang di atasnya dibangun pura. Tanah Lot dan pura merupakan tempat suci dan keramat bagi pemeluk agama Hindu Bali. Di sanalah upacara agama sering dilaksanakan. Ada aturan yang tidak tertulis, jangan sekali-kali mengucapkan kata-kata kotor dan tidak pantas. Anda akan merasakan akibat yang kurang baik bahkan konon bisa diseret ombak secara tiba-tiba dan hilang ditelan laut. Masyarakat Bali memercayai di Tanah Lot ini ada ular suci yang dilindungi. Boleh disentuh oleh pengunjung tapi jangan disakiti. Hal itu bisa menimbulkan bencana bagi pelakunya. Yang jelas, daerah Tanah Lot adalah daerah yang termasuk disucikan oleh masyarakat Bali pemeluk agama Hindu Bali. Wisatawan tak ada yang berani berenang di sini karena menimbulkan bencana serius bagi dirinya. Wisatawan biasanya datang menjelang matahari terbenam, menunggu sunset yang warnanya memesona pengunjung.
Sangeh,Sorganya Kera
Anda ingin bercengkerama dengan kera Bali? Datanglah ke Sangeh. Kera di sini sangat jinak dan dihormati sekali oleh masyarakat Bali. Mungkin ada hubungannya dengan cerita Ramayana yaitu seekor kera sakti yang bernama Hanoman. Kera sakti inilah dalam penculikan Dewi Sinta oleh Rahwana, yang sangat berperan mengalahkan  raksasa sakti yang sulit dimatikan bernama Rahwana tersebut.  Kera di sini mudah didekati dan jinak sekali. Tapi, awas! Anda harus hati-hati kalau tak ingin digigit apalagi dicium, tentunya bisa gawat. Jangan coba-coba mengelus apalagi memeluknya. Anda dianggap musuh, dan tentu akan langsung digigit. Bahaya, sebab kera ini dikhawatirkan mentransfer penyakit rabies ke tubuh kita. Bisa gawat dan bahaya sekali.
Karena belum akrab atau mungkin masih takut, banyak siswa yang kurang berani bermain dengan kera. Beberapa siswa memberanikan diri untuk berfoto dan bermain dengan kera yang melompat ke pundaknya. Ternyata sang kera bisa juga diajak bergaya dan juru foto langsung mengambil gambarnya. Penulis mencoba bermain dengan kera. Si kera dipersilakan naik ke pundak penulis. Seekor kera yang cukup besar melompat ke pundak penulis sambil mengambil makanan di tangan. Agar kera pergi dari pundak, penulis berjongkok dan kera segera melompat. Itu artinya jika berjongkok, penulis sudah dianggap menjadi temannya. Syaratnya jangan disentuh dan dipeluk. Berarti kita dipercaya menjadi temannya.
Pulau Sejuta Pura
Tulisan Laporan ini ingin memeberikan gambaran(deskripsi) betapa uniknya masyarakat Bali. Pura sebagai tempat sembahyang masyarakat Hindu Bali, penuh dengan simbol dan makna ajaran agama yang dipeluknya.Pura juga dianggap sebagai pusat kepala keluarga. Umumnya mempunyai empat tiang dan ornamen sesuai dengan kemampuan pemiliknya. Konon katanya pura yang lengkap pembuatannya memerlukan biaya yang cukup mahal. Semakin besar dan lengkap ornamennya maka semakin mahal, katanya, harganya mencapai puluhan juta rupiah. Yang tak mampu bisa memesan pura sederhana dan tak harus lengkap baik bentuk maupun ornamennya. Yang penting tempat khusus meletakkan sesaji pagi sebelum masak, sesudah masak, dan sore hari harus ada dan sudah dianggap cukup.
Bukan hanya di rumah-rumah penduduk saja pura dibangun, di hotel, restoran, toko, dan bangunan-bangunan instansi pemerintah, pura juga dibangun dan diberi sesaji atau sajen sama seperti di rumah  orang Bali yang memeluk agama Hindu Bali. Tentu pemiliknya atau pimpinannya mayoritas adalah orang Bali yang memeluk agama Hindu Bali. Wajar kalau Bali disebut Pulau Dewata dengan Sejuta Pura. Ini dibuktikan dengan populasi penduduk Pulau Bali yang telah mencapai 3,5 juta jiwa. Unik dan mengesankan dari segi budayanya
Tanjung Benoa
Inilah tanjung yang menghubungkan dengan daerah lainnya di sekitar pulau Bali. Di atas laut yang terlihat dangkal berdirilah jalan tol yang cukup keren membentang cukup panjang  ke arah tujuan yang berbeda.Jalan tol ini dibuat oleh insinyur-insinyur Indonesia sendiri tanpa bantuan insinyur asing. Seperti jembatan Suramadu yang terbentang di selat Madura, jalan tol Tanjung Benoa ini peruntukannya dibagi dua.Bagian yang lebar untuk semua jenis mobil minimal beroda empat, dan bagian jalur yang kecil digunakan untuk motor. Kedua jalur ini dipisahkan dengan tembok pembatas setinggi satu meter. Pengendara motor harus ekstra hati-hati, karena angin kadang-kadang bertiup sangat kencang. Tiang-tiang beton berbentuk bulat yang menyangga bentangan jalan di atasnya berjumlah ratusan. Terlihat kokoh dan kuat. Gerbang tol menggunakan ukiran dan ornamen Bali. Terlihat seperti atap kelenteng Shaolin di negeri Tiongkok. Sungguh menarik dilihat mata, jalan tol yang berdiri di tengah laut dan  pantainya  ditumbuhi batang-batang bakau(mangroove) yang subur berbentuk hutan bakau penahan abrasi. Malam hari terlihat lampu-lampu jalan begitu indah menerangi jalan tol.
Danau Bedugul
Perjalanan dilanjutkan menuju Danau Bedugul menurut dugaan penulis berasal dari letusan gunung berapi. Terlihat dari bukit-bukit yang mengelilingi permukaan danau. Sayangnya, danau ini belum dilengkapi fasilitas yang cukup memadai, seperti wisma atau hotel. Sehingga, di areal sekitar danau terkesan apa adanya meskipun ada sebuah restoran menjorok ke tengah danau yang cukup representatif. Suhu udara di sini sedang, tapi menjelang sore kabut terlihat mulai turun dari puncak bukitnya. Makan di pinggir danau sambil melihat air danau yang kebiruan terasa nikmat dan segar. Yang hobi memancing, pihak restoran menyewakan alat pancing. Lumayan buat membunuh jenuh dan penat di perjalanan.
Dari Danau Bedugul perjalanan diteruskan ke Pantai Sanur.Perjalanan ditempuh dengan waktu yang cukup lama. Sesampainya di Pantai Sanur, semua rombongan SMP Muhammadiyah 31 melakukan kegiatan foto bersama. Sebagian siswa menceburkan diri dengan pakaian yang melekat di badannya tanpa mengganti dengan pakaian khusus. Rombongan datang menjelang sore. Pantai ini menghadap ke timur, dan matahari tenggelam di barat. Jika ingin melihat matahari terbit(sunrice) datangnya harus setelah subuh. Jadi rombongan tak bisa melihat sunrice dan tentu juga sunset.
Cindera Mata dan Belanja
Para turis tentunya merasa belum lengkap jika tidak membeli cindera mata dan oleh-oleh di Bali. Ada beberapa tempat belanja yang dikunjungi seperti di Hawaii, pabrik kata-kata Joger, dan Pasar Seni Sukowati. Nah, di sini rombongan SMP Muhammadiyah 31 bisa melepaskan nafsu belanjanya. Tapi sebagian tampaknya cukup senang memegang-megang pakaian terutama di Joger. Kata joger, beli atau tidak membeli tetap thankyou.
Di Pasar Seni Sukowati para penjual terlihat sangat atraktif sekali. Mereka memanggil-manggil calon pembeli dengan mengibas-ngibaskan barang yang ditawarkan seperti kaos, baju, dan souvenir. Hati-hati berbelanja di sini, bisa-bisa terkena harga mahal kalau tidak pandai dan jeli menawar.Misal saja,anda membeli lukisan harganya seratus ribu rupiah sebaiknya ditawar seperlima atau seperempat dari harga yang ditawarkan.
Ada yang hampir terlupa. Rombongan SMP Muhammadiyah 31 menyambangi SMP Muhammadiyah 1 Denpasar,Bali. Pagi hari sekitar pukul 08.30 rombongan tiba di SMP Muhammadiyah 1. Beberapa guru terlihat menyambut. Dalam pertemuan itu hadir ketua majelis Dikdasmen Muhammadiyah Denpasar. Gedung sekolah SMP Muhammadiyah 1 terlihat sederhana dan rindang. Di sekitar sekolah bermukim penduduk bali yang beragama Hindu Bali. Di depan rumah mereka tentu ada pura yang setiap hari dilewati siswa Muslim Muhammadiyah lengkap dengan sajen dan dupa yang dibakar dengan bau yang cukup menyengat.
Inilah mozaik budaya dan kepercayaan masyarakat di pulau yang jaraknya tak jauh dari Pulau Jawa. Bali, kota sejuta pura yang membuktikan, mereka diperhitungkan sebagai salah satu destinasi turis dunia dan datang ke pulau yang eksotik ini. Hampir seluruh pesohor di dunia selebriti datang mengunjungi si Pulau Dewata ini. Mungkin Bali dengan segala perniknya, terlepas dari agamanya, perlu kita pahami, mereka berhasil menjual wisatanya dan terkenal sampai ke mancanegara.Mereka santun, ramah, dan bersahabat. Tak ada kekasaran terhadap wisatawan. Mereka berbagi dengan pendatang dan patuh pada aturan. Mereka adalah mozaik budaya yang perlu dimasukkan ke dalam pendidikan karakter bangsa. Jangan bawa-bawa agama mereka yang mungkin menurut kita TBC. Tapi, hargai mereka apa adanya (Herifial Sikumbang)






      edit

0 comments:

Post a Comment