Thursday, January 26, 2017

Published 11:51 PM by with 0 comment

Exokomet Penyintas Bintang Muda

Ramalan cuaca antar bintang: Hujan komet telah terjadi di bintang HD 172555, bintang muda yang baru berusia 23 juta tahun dan berada tak jauh dari Bumi. Jaraknya hanya 95 tahun cahaya dari Bumi di rasi Pavo si burung Merak, salah satu rasi bintang di langit selatan.
Komet di bintang lain atau exokomet, tentunya tidak tampak dari Bumi. Jangankan komet, bintang saja hanya tampak sebagai obyek titik dari Bumi. Tapi, bukan berarti pengamat di Bumi tidak bisa mengetahui keberadaan exokomet ini. Exokomet bisa diketahui dari gas yang berasal dari sisa inti es yang menguap. Kandungan pada gas yang dideteksi ini berbeda dari apa yang ada di bintang.
Exokomet yang melintasi piringan gas dan debu pada bintang muda HD 172555. Kredit: NASA, ESA dan A. Feild & G. Bacon (STScI)
Exokomet yang melintasi piringan gas dan debu pada bintang muda HD 172555. Kredit: NASA, ESA dan A. Feild & G. Bacon (STScI)
Bintang HD 172555
HD 172555 merupakan bintang ketiga dimana exokomet berhasil dideteksi keberadaannya. Semuanya merupakan bintang muda yang usianya kurang dari 40 juta tahun dan berasal dari bintang tipe A yang lebih panas dan lebih masif dari Matahari. Bintang ini merupakan bagian dari Kelompok Bergerak Beta Pictoris, sebuah kelompok bintang yang berada cukup dekat dari Bumi.
Kelompok bintang bergerak adalah sekelompok bintang yang memiliki kesamaan asal usul maupun gerak di angkasa. Dengan kata lain, bintang-bintang dalam kelompok ini akan lahir dari materi yang sama. Salah satunya adalah kelompok bergerak Beta Pictoris yang terhitung masih muda dan dekat dari Bumi. Jaraknya yang dekat sangat menguntungkan bagi astronom untuk dipelajari.
Kelompok bergerak Beta Pictoris terdiri dari 17 sistem bintang dengan 28 bintang tunggal dengan usia 20 — 26 juta tahun. Beta Pictoris, Eta Telescopii, 51 Eridani, HD 172555 merupakan sebagian kecil dari bintang-bintang dalam kelompok bergerak Beta Pictoris. Kelompok bergerak Beta Pictoris yang masih muda dan dekat dengan Bumi memberi keuntungan tersendiri. Kesempatan untuk bisa menemukan exoplanet secara langsung dan mempelajarinya terbuka lebar. Tercatat, planet 51 Eridani b di sistem 51 Eridani merupakan exoplanet yang berhasil ditemukan secara langsung. Selain itu di bintang Beta Pictoris, para astronom berhasil menemukan exoplanet maupun keberadaan komet pada piringan debu yang mengelilingi bintang. Selain itu, planet pengembara PSO J318.5-22 juga ditemukan dalam kelompok ini.
Seperti juga Beta Pictoris, bintang HD 172555 diketahui masih memiliki piringan debu di sekelilingnya dan saat ini sedang berada pada tahap awal pembentukan planet-planet batuan.
Exokomet di HD 172555
Jejak exokomet berhasil ditemukan para astronom di bintang HD 172555. Keberadaan exokomet ini ditemukan dalam data pengamatan 2004 – 2011 spektograf HARPS milik ESO. Dalam data tersebut, sekelompok astronom Perancis menemukan kehadiran benda yang kemudian diketahui sebagai exokomet sedang transit pada bintang HD 172555.
Astronom bisa mengetahui benda-benda di luar angkasa dan apa yang terjadi dari cahaya yang diterimanya. Demikian juga dengan keberadaan exokomet. Cahaya yang diterima dari bintang HD 172555 dibagi dalam komponen warnanya oleh spektograf. Dari sini para astronom bisa mengetahui komponen kimia yang terkandung dalam cahaya yang diterima. Untuk kasus bintang HD 172555, ada sidik jari kalsium yang terekam dalam cahaya bintang. Keberadaan kalsium merupakan bukti benda seupa komet yang jatuh ke bintang.
Untuk bisa memastikan keberadaan exokomet, pengamatan lanjutan dilakukan oleh Carol Grady dari Eureka Scientific Inc., di Oakland, California dan NASA’s Goddard Space Flight Center di Greenbelt, Maryland. Pengamatan dilakukan pada tahun 2015 dengan bantuan spektograf Space Telescope Imaging Spectrograph (STIS) dan Cosmic Origins Spectrograph (COS) yang terpasang pada Teleskop Hubble. Tujuannya untuk menganalisis cahaya ultraviolet bintang dan mengidentifikasi elemen-elemen tertentu pada cahaya bintang HD 172555.
Dari dua kali pengamatan terpisah, Teleskop Hubble berhasil mendeteksi gas silikon dan karbon pada cahaya bintang. Gas tersebut juga diketahui bergerak 580000 km per jam di depan bintang. Ini yang kita sebut sebagai peristiwa transit. Satu-satunya penjelasan untuk gas yang bergerak sedemikian cepat maka itu berasal dari komet yang hancur berkeping-keping saat melesat melintasi piringan bintang. Puing-puing gas dan debu dari komet yang hancur inilah yang bergerak cepat melintas di depan bintang.
Meskipun data pengamatan Hubble memperlihatkan ciri-ciri dan gerak komet pada penyintas bintang tersebut, para astronom masih akan melakukan pengamatan lanjutan untuk mencari oksigen dan hidrogen. Tujuannya tak lain untuk memastikan penyintas bintang itu komet es atau justru batuan seperti asteroid.
Apa gunanya?

Keberadaan komet penyintas bintang seperti yang dilihat Teleskop Hubble di bintang HD 172555 juga ditemukan di Tata Surya. Komet penyintas Matahari secara rutin melakukan aksi “bunuh diri” aka jatuh ke Matahari. Rupanya, aktivitas serupa tidak hanya ada di Tata Surya, melainkan di tiga sistem keplanetan lainnya.
Meskipun contohnya masih sangat sedikit, tapi setidaknya bisa memberi representasi bahwa keberadaan komet penyintas umum ditemukan pada sistem bintang yang masih muda. Puncak aktivitas komet penyintas terjadi saat bintang masih berusia remaja. Dan jika demikian, hal serupa juga terjadi saat Matahari masih remaja dan Tata Surya masih sangat muda atau baru terbentuk.
Kala itu, hujan komet yang melintas ke bagian dalam Tata Surya bukan saja menghancurkan dirinya saat dekat dengan Matahari, tapi juga menjadi kurir yang membawa air ataupun komponen pembentuk kehidupan seperti karbon ke planet kebumian termasuk Bumi.
Selain penting untuk mengetahui masa lalu Tata Surya dan asal usul air, keberadaan komet penyintas bintang juga menjadi bukti dari kehadiran planet tak terlihat seukuran Jupiter yang mendominasi gravitasi di area tersebut. Keberadaan planet raksasa tak terlihat, diduga sebagai penyebab berbeloknya komet menuju bintang. Gravitasi yang besar dari planet-planet seperti ini juga bisa menjadi pelindung bagi planet – planet di area bagian dalam bintang, seperti halnya Jupiter bagi Bumi.

Sumber:  http://langitselatan.com/
      edit

0 comments:

Post a Comment