Saturday, January 21, 2017

Published 2:55 AM by with 0 comment

Rupa Rasa di Timur Tapal Kuda

Banyuwangi dikenal memiliki berbagai kuliner dengan cita rasa yang sangat beragam dan sulit dilupakan lidah.
Rupa Rasa di Timur Tapal KudaPerahu nelayan di pesisir Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur. (Yavuz Sariyildiz/Thinkstock)
Banyuwangi dikenal pula dengan berbagai kuliner yang unik. Untuk sarapan di pagi hari ada sega janganan (sega cawuk). Siang atau malam hari variasinya lebih beragam. Mulai dari yang orisinal sampai percampuran coba-coba yang akhirnya malah menjadi menu tersendiri yang nikmat, seperti rujak soto atau pecel. Tidak seperti di bagian Jawa lainnya, makanan Banyuwangi umumnya cenderung asin, asam, dan pedas.
Saya berkunjung di dua tempat yang menyajikan menu khas Banyuwangi: Sega Tempong, Pindang Koyong, dan Pecel Pitik plus Uyah Asem. Sega Tempong Mbok Wah di Bakungan, sebelah barat kota Banyuwangi. Desa ini juga tempat ritual adat Seblang yang ditarikan oleh perempuan yang sudah berumur 70-80 tahunan pada malam setelah Hari Raya Idul Adha. Pelanggan tinggal antre untuk pesan.
Sego Tempong (Nasi Tampar) berasal dari pedasnya sambal yang disajikan. Ciri khas sambalnya adalah menggunakan ranti (tomat mawar) yang terasa agak asam, dan disajikan di atas sayuran rebus, terong welut (yang kecil-kecil sebesar jari dan rasanya manis), bayam dan irisan timun segar. Lauknya tinggal kita pilih sendiri, biasanya ikan laut goreng, ayam goreng, udang, atau cumi. Di tempat Mbok Wah disediakan juga Pindang Koyong ikan. Pindang Koyong biasanya kepala ikan Kue, tapi di sini disajikan irisan daging ikan segar.
Sego Tempong (Nasi Tampar) berasal dari pedasnya sambal yang disajikan. Ciri khas sambalnya adalah menggunakan ranti (tomat mawar) yang terasa agak asam, dan disajikan di atas sayuran rebus, terong welut.
Kemiren yang terletak sekitar empat kilometer di sebelah barat kota menyimpan banyak keunikan kuliner Banyuwangi. Selain menjadi “ibukota kopi” tempat diseleggarakannya acara tahunan Festival Ngopi 10.000, juga rumah dari pohon induk Durian Merah. Pada acara-acara ritual, selalu ditampilkan makanan khas: Pecel Pitik.
Tidak seperti pemahaman umumnya, pecel di Kemiren bukanlah sambal bumbu kacang yang dihaluskan. Pitik atau ayam kampung “dipethetheng” (posisi kaki, dada sayang terbentang dari kanan ke kiri), kemudian dibakar. Setelahnya disuwir-suwir kasar dicampur parutan kelapa muda yang sudah dibumbui. Biasanya disajikan dengan potongan timun.
Dalam hari-hari biasa, sulit mendapatkan Pecel Pitik. Untungnya sekarang ada Pesantogan Kemangi (Pesantogan berarti tempat pemberhentian). Dikelola oleh karang taruna setempat dan Bumdes, warung ini menempati tiga buah Umah Tikel, rumah khas orang Using. Nasi dan Pecel Pitik disajikan terbungkus daun pisang, sehingga aroma segar daun yang tersentuh panas nasi. Saya jamin selera kita berlipat ganda.
Menu lain yang khas adalah Uyah Asem Pitik. Ada juga yang menyebut Kesrut. Ayam kampung yang dimasak berkuah pedas dan asam. Segar. Pesantogan Kemangi menyediakan juga camilan tradisional seperti pisang go­reng, kue cucur, atau jenang bedhil, diuntungkan dengan tempatnya yang persis di jalan raya Kemiren, tempat lalu lalang turis. Tempat parkirnya lumayan besar, dan suasana tradisionalnya apabila senja datang sangat romantis. Oya, Pesantogan Kemangi adalah salah satu tempat makan yang menyediakan kopi asli racikan Banyuwangi. Mereka juga menyediakan kopi asli tersebut dalam merek Jaran Goyang.
Lalu ada cafe D’Cinnamon di belakang Rumah Sakit Yasmin. Berada di tengah kebun, D'Cinnamon menyajikan kopi dan penganan. Sangat cocok untuk mengobrol sembari menikmati kudapan dan kopi Banyuwangi asli.  Keunikan tersaji di depan mata. 

(Antariksawan Jusuf)
      edit

0 comments:

Post a Comment