Selama beberapa tahun terakhir ini, astronom menghadapi sebuah teka
teki. Sebagian besar asteroid yang mendekati Bumi ternyata hanya
sebagian kecil yang cocok dengan meteorit yang sering menghantam planet
kita ini. Meteorit dan asteroid memang memiliki keterkaitan yang kuat,
karenameteorit adalah pecahan dari asteroid yang menghantam sebuah
planet. Perbedaan keduanya sangat sulit untuk dijelaskan, namun tim
peneliti dari MIT dan institusi lainnya berhasil menemukan jawaban atas
teka teki yang dihadapi itu.
Meteorit 00506, ditemukan di Antartika tahun 2000. Kredit :NASA
Batuan kecil yang selama ini menghantam Bumi dan jatuh di permukaan
planet kita tampaknya datang dari sabuk asteroid yang berada di antara
Mars dan Jupiter dan bukan berasal dari populasi asteroid dekat Bumi
atau yang dikenal sebagai NEA (near-Earth asteroid). Teka teki ini
terkuak secara perlahan dari hasil penelitian jangka panjang terhadap
asteroid oleh Richard Binzel (MIT), P Vernazza (ESA) dan A. T. Tokunaga
(direktur University of Hawaii’s Institute of Astronomy).
Richard dan kawan-kawan mempelajari tanda dari spektrum asteroid
dekat Bumi dan membandingkannya dengan sppektrum yang dihasilkan oleh
ribuan meteorit yang menghantam Bumi. Hasilnya, ternyata 2/3 dari NEA
cocok dengan tipe meteorit yang disebut LL chondrites. Tipe ini hanya
sekitar 8% dari seluruh meteorit yang jatuh ke Bumi. Kok bisa? Mengapa
bisa ada perbedaan antara objek yang menghantam Bumi dan objek besarnya?
Tentu harus ada jawaban untuk itu. Dengan sejumlah besar set data
jawaban pun dicari. Apakah sebuah kebetulan hanya 8 % yang cocok dengan
NEA?
Jauh di sabuk utama asteroid, populasinya jauh lebih beragam dan
ternyata tipe yang ada disana mendekati tipe yang ditemukan di Bumi.
Pertanyaannya, kenapa justru yang sering menabrak kita cocok dengan
populasi yang berada jauh dari Bumi dibanding populasi yang ada
disekitar kita? Akhirnya muncul ide kalau ada objek yang bergerak cepat
dalam lintasannya yang kemudian langsung menghantam Bumi. Pergerakan
yang cepat ini diperkirakan disebabkan oleh efek tersembunyi yang
ditemukan dulu, dan baru diketahui sekarang sebagai faktor signifikan
yang menggerakan asteroid atau yang dikenal sebagai efek Yarkovsky.
Efek Yarkovsky menyebabkan asteroid mengubah orbitnya dan akibatnya
asteroid ini menyerap sinar Matahari di satu sisi dan memantulkan
kembali cahaya itu saat mereka berotasi. Hal ini menyebabkan
ketidaksetimbangan yang secara perlahan mengubah garis edarnya.Tapi yang
jadi kunci pentingnya, efek ini ternyata bekerja lebih kuat pada objek
yang lebih kecil dam memiliki pengaruh yang lemah pada objek yang besar.
Menurut Richard Binzel, efek yarkovsky ini sangat efisien untuk objek
yang hanya berukuran beberapa meter dan berpengaruh pada objek di
seluruh area sabuk asteroid.
Untuk gumpalan batuan yang hanya berukuran batu karang dan lebih
kecil dari itu, efek Yarkovsky memainkan peran penting dalam menggerakan
mereka dari sabuk asteroid ke garis edar yang bisa mengarahkan mereka
ke Bumi. Sedangkan untuk asteroid yang lebih besar dengan ukuran lebih
dari 1 km, asteroid yang selama ini jadi perhatian kita sekaligus
meresahkan kita karena berpotensi menabrak Bumi, efek Yarkovsky ternyata
sangat lemah efeknya dan hanya bisa sedikit memindahkan mereka.
Kesimpulan yang didapat Richard Binzel, asteroid dekat Bumi terbesar
sebagian besar datag dari bagian dalam sabuk asteroid. Asteroid tersebut
merupakan bagian dari keluarga sisa asteroid besar yang hancur akibat
tabrakan. Dengan dorongan awal dari efek Yarkovsky, asteroid berukuran
beberapa kilometer dari area Flora bisa menemukan diri mereka sendiri di
sudut sabuk asteroid, yang kemudian dikirim menuju garis edar Bumi
melalui efek gangguan planet yang kita sebut resonansi.
Penelitian ini akan berguna dalam usaha melindungi Bumi dari hantaan
asteroid. Karena sebagaimana kita ketahui, masalah terbesar saat ini
adalah mencari pemecahan terhadap asteroid yang bergerak mendekati Bumi.
Jika satu saja berpotensi menabrak Bumi tentu cara penanganannya akan
berbeda dengan asteroid lainnya karena mereka sangat bervariasi. Namun
dengan adanya penelitian ini bisa diketahui kalo sebagian besar asteroid
dekat Bumi merubakan objek batuan yang kaya mineral dan miskin besi.
Hal ini memungkinkan kita untuk berkonsentrasi mencari pemecahan atas
asteroid yang berpotensi menabrak Bumi.
Sumber : MIT
0 comments:
Post a Comment