Tanggal 24-30 Oktober 2015, keluarga besar SMP Muhammadiyah 31 mengadakan studi wisata(fieldtrip) ke pulau Bali. Inilah sekilas perjalanan yang cukup panjang menggunakan 3 bus Big Bird yang cukup melelahkan peserta. Tapi kelelahan rasanya terbayar dengan pemandangan di perjalanan. Berikut petikan perjalanannya.
Matahari pagi
menyinarkan cahayanya yang cukup panas ketika kaki menginjak aspal pelabuhan
Gilimanuk,provinsi Bali. Jam telah menunjukkan pukul delapan waktu Indonesia
bagian tengah(wita). Kesibukan pelabuhan Gilimanuk tidak terlihat padat oleh
wisatawan maupun oleh kendaraan yang datang dan pergi. Kapal feri yang kami
tumpangi terlihat bersandar di dermaga yang dipenuhi oleh kapal feri lain. Laut
terlihat tenang dengan riak-riak air di permukaannya.Di kejauhan tampak bukit
dan gunung memanjang di depan mata. Ah, hati terasa agak lain, karena
perjalanan akan di mulai oleh rombongan SMP Muhammadiyah 31 di bumi para Dewata
dan ribuan pura yang unik ini.
Memasuki
Kabupaten Negara mulailah terlihat pura-pura di depan rumah-rumah orang Bali.
Mereka tentu pemeluk agama Hindu Bali yang berbeda dengan aslinya yang ada di
negara India. Setiap rumah sepertinya wajib memiliki pura keluarga sebagai
tempat pemujaan kepada Sang Hyang Widhi dan penghormatan terhadap roh-roh
leluhur mereka yang dianggap suci.Pura juga dianggap sebagai lambang agama
Hindu Bali yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Bali pemeluk agama
Hindu Bali. Mereka sangat terikat dengan sesaji atau sajen yang di letakkan
pada pojok tiang pura yang dirancang khusus untuk meletakkan bunga dan makanan
kecil beserta dupa yang dibakar.
Sesampainya
di Tanah Lot, terlihatlah bentangan laut yang membiru. Pasir yang bersih dan
dua buah batu karang yang di atasnya dibangun pura. Tanah Lot dan pura merupakan
tempat suci dan keramat bagi pemeluk agama Hindu Bali. Di sanalah upacara agama
sering dilaksanakan. Ada aturan yang tidak tertulis, jangan sekali-kali
mengucapkan kata-kata kotor dan tidak pantas. Anda akan merasakan akibat yang
kurang baik bahkan konon bisa diseret ombak secara tiba-tiba dan hilang ditelan
laut. Masyarakat Bali memercayai di Tanah Lot ini ada ular suci yang
dilindungi. Boleh disentuh oleh pengunjung tapi jangan disakiti. Hal itu bisa
menimbulkan bencana bagi pelakunya. Yang jelas, daerah Tanah Lot adalah daerah
yang termasuk disucikan oleh masyarakat Bali pemeluk agama Hindu Bali.
Wisatawan tak ada yang berani berenang di sini karena menimbulkan bencana
serius bagi dirinya. Wisatawan biasanya datang menjelang matahari terbenam,
menunggu sunset yang warnanya
memesona pengunjung.
Sangeh,Sorganya
Kera
Anda
ingin bercengkerama dengan kera Bali? Datanglah ke Sangeh. Kera di sini sangat
jinak dan dihormati sekali oleh masyarakat Bali. Mungkin ada hubungannya dengan
cerita Ramayana yaitu seekor kera sakti yang bernama Hanoman. Kera sakti inilah
dalam penculikan Dewi Sinta oleh Rahwana, yang sangat berperan mengalahkan raksasa sakti yang sulit dimatikan bernama
Rahwana tersebut. Kera di sini mudah
didekati dan jinak sekali. Tapi, awas! Anda harus hati-hati kalau tak ingin
digigit apalagi dicium, tentunya bisa gawat. Jangan coba-coba mengelus apalagi
memeluknya. Anda dianggap musuh, dan tentu akan langsung digigit. Bahaya, sebab
kera ini dikhawatirkan mentransfer penyakit rabies ke tubuh kita. Bisa gawat
dan bahaya sekali.
Karena
belum akrab atau mungkin masih takut, banyak siswa yang kurang berani bermain
dengan kera. Beberapa siswa memberanikan diri untuk berfoto dan bermain dengan
kera yang melompat ke pundaknya. Ternyata sang kera bisa juga diajak bergaya
dan juru foto langsung mengambil gambarnya. Penulis mencoba bermain dengan
kera. Si kera dipersilakan naik ke pundak penulis. Seekor kera yang cukup besar
melompat ke pundak penulis sambil mengambil makanan di tangan. Agar kera pergi
dari pundak, penulis berjongkok dan kera segera melompat. Itu artinya jika
berjongkok, penulis sudah dianggap menjadi temannya. Syaratnya jangan disentuh
dan dipeluk. Berarti kita dipercaya menjadi temannya.
Pulau Sejuta
Pura
Tulisan
Laporan ini ingin memeberikan gambaran(deskripsi) betapa uniknya masyarakat
Bali. Pura sebagai tempat sembahyang masyarakat Hindu Bali, penuh dengan simbol
dan makna ajaran agama yang dipeluknya.Pura juga dianggap sebagai pusat kepala
keluarga. Umumnya mempunyai empat tiang dan ornamen sesuai dengan kemampuan
pemiliknya. Konon katanya pura yang lengkap pembuatannya memerlukan biaya yang
cukup mahal. Semakin besar dan lengkap ornamennya maka semakin mahal, katanya,
harganya mencapai puluhan juta rupiah. Yang tak mampu bisa memesan pura
sederhana dan tak harus lengkap baik bentuk maupun ornamennya. Yang penting
tempat khusus meletakkan sesaji pagi sebelum masak, sesudah masak, dan sore
hari harus ada dan sudah dianggap cukup.
Bukan
hanya di rumah-rumah penduduk saja pura dibangun, di hotel, restoran, toko, dan
bangunan-bangunan instansi pemerintah, pura juga dibangun dan diberi sesaji
atau sajen sama seperti di rumah orang
Bali yang memeluk agama Hindu Bali. Tentu pemiliknya atau pimpinannya mayoritas
adalah orang Bali yang memeluk agama Hindu Bali. Wajar kalau Bali disebut Pulau
Dewata dengan Sejuta Pura. Ini dibuktikan dengan populasi penduduk Pulau Bali
yang telah mencapai 3,5 juta jiwa. Unik dan mengesankan dari segi budayanya
Tanjung Benoa
Inilah
tanjung yang menghubungkan dengan daerah lainnya di sekitar pulau Bali. Di atas
laut yang terlihat dangkal berdirilah jalan tol yang cukup keren membentang cukup panjang
ke arah tujuan yang berbeda.Jalan tol ini dibuat oleh insinyur-insinyur
Indonesia sendiri tanpa bantuan insinyur asing. Seperti jembatan Suramadu yang
terbentang di selat Madura, jalan tol Tanjung Benoa ini peruntukannya dibagi
dua.Bagian yang lebar untuk semua jenis mobil minimal beroda empat, dan bagian
jalur yang kecil digunakan untuk motor. Kedua jalur ini dipisahkan dengan
tembok pembatas setinggi satu meter. Pengendara motor harus ekstra hati-hati,
karena angin kadang-kadang bertiup sangat kencang. Tiang-tiang beton berbentuk
bulat yang menyangga bentangan jalan di atasnya berjumlah ratusan. Terlihat
kokoh dan kuat. Gerbang tol menggunakan ukiran dan ornamen Bali. Terlihat
seperti atap kelenteng Shaolin di negeri Tiongkok. Sungguh menarik dilihat mata,
jalan tol yang berdiri di tengah laut dan pantainya ditumbuhi batang-batang bakau(mangroove) yang subur berbentuk hutan
bakau penahan abrasi. Malam hari terlihat lampu-lampu jalan begitu indah
menerangi jalan tol.
Danau Bedugul
Perjalanan
dilanjutkan menuju Danau Bedugul menurut dugaan penulis berasal dari letusan
gunung berapi. Terlihat dari bukit-bukit yang mengelilingi permukaan danau.
Sayangnya, danau ini belum dilengkapi fasilitas yang cukup memadai, seperti
wisma atau hotel. Sehingga, di areal sekitar danau terkesan apa adanya meskipun
ada sebuah restoran menjorok ke tengah danau yang cukup representatif. Suhu
udara di sini sedang, tapi menjelang sore kabut terlihat mulai turun dari
puncak bukitnya. Makan di pinggir danau sambil melihat air danau yang kebiruan
terasa nikmat dan segar. Yang hobi memancing, pihak restoran menyewakan alat pancing.
Lumayan buat membunuh jenuh dan penat di perjalanan.
Dari
Danau Bedugul perjalanan diteruskan ke Pantai Sanur.Perjalanan ditempuh dengan
waktu yang cukup lama. Sesampainya di Pantai Sanur, semua rombongan SMP
Muhammadiyah 31 melakukan kegiatan foto bersama. Sebagian siswa menceburkan
diri dengan pakaian yang melekat di badannya tanpa mengganti dengan pakaian
khusus. Rombongan datang menjelang sore. Pantai ini menghadap ke timur, dan
matahari tenggelam di barat. Jika ingin melihat matahari terbit(sunrice) datangnya harus setelah subuh.
Jadi rombongan tak bisa melihat sunrice
dan tentu juga sunset.
Cindera Mata dan
Belanja
Para
turis tentunya merasa belum lengkap jika tidak membeli cindera mata dan
oleh-oleh di Bali. Ada beberapa tempat belanja yang dikunjungi seperti di
Hawaii, pabrik kata-kata Joger, dan Pasar Seni Sukowati. Nah, di sini rombongan
SMP Muhammadiyah 31 bisa melepaskan nafsu belanjanya. Tapi sebagian tampaknya
cukup senang memegang-megang pakaian terutama di Joger. Kata joger, beli atau
tidak membeli tetap thankyou.
Di
Pasar Seni Sukowati para penjual terlihat sangat atraktif sekali. Mereka
memanggil-manggil calon pembeli dengan mengibas-ngibaskan barang yang
ditawarkan seperti kaos, baju, dan souvenir. Hati-hati berbelanja di sini,
bisa-bisa terkena harga mahal kalau tidak pandai dan jeli menawar.Misal
saja,anda membeli lukisan harganya seratus ribu rupiah sebaiknya ditawar
seperlima atau seperempat dari harga yang ditawarkan.
Ada yang hampir terlupa. Rombongan SMP
Muhammadiyah 31 menyambangi SMP Muhammadiyah 1 Denpasar,Bali. Pagi hari sekitar
pukul 08.30 rombongan tiba di SMP Muhammadiyah 1. Beberapa guru terlihat menyambut.
Dalam pertemuan itu hadir ketua majelis Dikdasmen Muhammadiyah Denpasar. Gedung
sekolah SMP Muhammadiyah 1 terlihat sederhana dan rindang. Di sekitar sekolah
bermukim penduduk bali yang beragama Hindu Bali. Di depan rumah mereka tentu
ada pura yang setiap hari dilewati siswa Muslim Muhammadiyah lengkap dengan
sajen dan dupa yang dibakar dengan bau yang cukup menyengat.
Inilah mozaik budaya dan kepercayaan
masyarakat di pulau yang jaraknya tak jauh dari Pulau Jawa. Bali, kota sejuta
pura yang membuktikan, mereka diperhitungkan sebagai salah satu destinasi turis
dunia dan datang ke pulau yang eksotik ini. Hampir seluruh pesohor di dunia
selebriti datang mengunjungi si Pulau Dewata ini. Mungkin Bali dengan segala
perniknya, terlepas dari agamanya, perlu kita pahami, mereka berhasil menjual
wisatanya dan terkenal sampai ke mancanegara.Mereka santun, ramah, dan
bersahabat. Tak ada kekasaran terhadap wisatawan. Mereka berbagi dengan
pendatang dan patuh pada aturan. Mereka adalah mozaik budaya yang perlu
dimasukkan ke dalam pendidikan karakter bangsa. Jangan bawa-bawa agama mereka
yang mungkin menurut kita TBC. Tapi, hargai mereka apa adanya (Herifial Sikumbang)
0 comments:
Post a Comment